Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2021

LTSI Arca5

      Aku berjalan sendirian di trotoar. Jalanan sepi, tak banyak kendaraan lewat.      Sore ini, aku masih memikirkan setiap kata yang Pak Ammar ucapkan padaku beberapa hari lalu. Aku punya kesempatan besar untuk mengubah diriku menjadi lebih baik, —bersama Pak Ammar tentunya—sosok laki-laki yang akan menuntunku.      Bertahun-tahun aku berharap mendapatkan seorang pendamping yang baik agamanya, baik akhlaknya, seseorang yang setia dan bisa membahagiakanku di dunia juga di akhirat.      Selama ini aku tidak pernah tahu bahwa ternyata Pak Ammar adalah mantan santri yang sudah mengenal dunia pesantren sejak kelas tujuh. Ia tak pernah menampakkan diri sebagai seorang pria yang fasih dalam masalah agama. Baru kemarin aku tahu bahwa ternyata keilmuannya sudah sangat tinggi.     Pak Ammar, ternyata juga seorang penghafal Al-Qur'an. Ia hafal lanjutan dari setiap ayat yang ku bacakan. Ia pintar memasak dan mandiri. Jika...

LTSI Arca4

      Devandra Rafshand Maharendra.      Satu nama yang tertulis di bawah kotak rahasiaku. Sebuah kotak berisi jurnal harian yang ku buat sejak dua tahun lalu, juga diary yang setia menjadi tempat curhatku.      Nama itu yang pernah memberikan goresan warna lain di kertas putihku. Nama yang telah lima tahun ini menghilang dan tak lagi pernah ku temui. Namun demikian, rasa untuknya tak pernah hilang. Tidak meski hanya sedikit.      Meski jujur, ada banyak lelaki yang lebih dari segi apapun dibanding dengannya—yang ku temui dalam jangka lima tahun ini. Ada banyak alasan bagiku untuk jatuh cinta padanya. Namun di sisi lain aku juga sadar bahwa sebenarnya begitu banyak alasan yang kumiliki untuk berhenti mencintainya.      Devan pernah memiliki pacar, dan pacarnya itu adalah kakak kelasnya. Beberapa kali aku pernah melihatnya membonceng teman sekolahnya dengan motor. Tak cukup sampai disitu, aku juga pernah melihatn...

LTSI Arca 3

"Adzalia Rumaisha. " Panggil Pak Ammar dari depan kelas. Aku mengangkat kepala perlahan. Aku ragu sejujurnya mengingat hari ini aku datang terlambat. Dan anehnya, Pak Ammar mengizinkanku masuk dengan mulus, tanpa basa-basi. Dan itu adalah hal yang terbilang aneh.  "Coba maju ke depan. " Pinta Pak Ammar ramah.  Jantungku berdegup kencang. Perasaanku tak enak.  "Silahkan saudari Adzalia Rumaisha. " Ulang Pak Ammar dengan tatapan yang secara kasar maksudnya adalah: "ayo cepat maju, kalau tidak kamu saya keluarkan sekarang juga! " Aku menggigit bibir cemas. Pasti ia akan mempermalukanku. Pak Ammar paling tak suka jika ada yang telat datang saat mata kuliahnya .  "Mau saya hitung? " Tanya Pak Ammar mulai tak santai.  "Bismillahirrahmanirrahim" Ucapku lirih kemudian berdiri dan melangkah ke depan.  Pak Ammar menatapku. Sementara aku hanya menunduk tanpa berani melihatnya.  Aku berdiri menghadap kelas. Semua mata mengarah padaku. Int...

LTSI Arca2

Seindah alasan yang bahkan Tuhan sendiri tak pernah mengutarakannya padaku. Tentang mengapa aku harus jatuh cinta padamu. Sedang keindahan dari alasan yang tidak ku ketahui itu, selama ini ku yakini adanya, dari indahnya segala hal yang Tuhan anugerahkan pada dirimu .  ...Adzalia Rumaisha...  Aku pernah mendengar seseorang berkata; Jika suatu saat kita merasakan jatuh cinta, namun pada suatu masa tertentu kita merasa bosan dengan rasa itu—merasa ada yang berkurang atau bahkan menghilang, maka jangan sebut itu sebagai cinta sejati. Sebab cinta sejati tak akan pernah pudar dan menghilang. Cinta itulah yang akan abadi dan hidup tanpa memandang apapun sebagai alasan.  Bertahun-tahun lalu, aku pernah merasakan hal berbeda pada seorang pria yang awalnya begitu asing bagiku. Hanya beberapa kali aku menemuinya secara tak sengaja saat istirahat pertama di sekolah waktu MTs dulu. Dia rajin sholat dhuha, sementara aku hanya sesekali datang untuk sholat dhuha, itupun jika diajak oleh...

LTSI Arca 1

          Aku mendudukkan diri di kursi kantin. Nasi goreng yang ku pesan masih mengepulkan asap lembut diiringi bau yang nikmat. Lima menit berlalu, aku masih sibuk mengotak-atik layar ponsel. Nasi goreng di hadapanku belum ku sentuh sama sekali. Tiba-tiba, seseorang duduk di hadapanku.  "Hai Za" Sapanya dengan senyuman.  Aku meliriknya sebentar untuk melempar senyuman dan kembali ke ponselku.  "Za, nasi gorengnya dianggurin aja, keburu dingin tuh. " Ucapnya mencoba mengalihkan pandanganku.  "Iya bentar lagi dimakan kok. " Ucapku dengan nada datar tanpa membelokkan pandangan sedikitpun.  Hening sejenak. Pria dihadapanku terlihat mengeluarkan ponselnya. Ia terlihat asyik dengan benda pipih itu. Sementara itu, aku menyudahi kegiatan dengan ponselku dan beralih pada makanan di hadapanku.  "Gitu dong, dimakan makanannya, jangan didiemin terus." Ucap Fakhran. aku tak merespon apapun.  "Za, pulang dari kampus lo mau kemana? " Tanya ...