Definisi Rumit Tentang Aku (Just for One Person)

Katanya, aku memiliki kecerdasan intrapersonal.Sebuah kecerdasan untuk dapat memahami diri sendiri lebih jauh dan lebih dalam dari orang kebanyakan. Tanda-tandanya adalah, aku suka menulis diari, suka menyendiri untuk sekedar memikirkan sejauh mana pencapaianku belakangan ini, serta senang mengapresiasi diri sendiri dengan berusaha memenuhi apapun yang aku inginkan, yang sekiranya memang membawa manfaat bagi diri ini. 

Belakangan, kemampuan itu sepertinya memudar. Entah kenapa, aku jadi tidak bersemangat untuk menulis diari. Aku lebih senang memikirkan banyak hal jelek dari pada hal baik tentang diriku sendiri. Aku justru lebih banyak menyakiti diriku sendiri dengan pikiran-pikiran tajam yang ada di dalamku, yang tak berusaha untuk ku halau kehadirannya. 

Sejak tahun 2023, aku sadar bahwa aku memiliki seorang role model baru di hidupku. Dalam proses mendewasakan diri ini, aku mencoba untuk menjadi seperti dia. Aku ingin demikian, karena dia mengajarkanku untuk tidak menyimak ucapan-ucapan jelek orang lain terhadapku. Mungkin tak masalah jika mendengar, karena secara fitrah pendengaranku sehat dan aku memang memiliki kecerdasan auditorial, dimana aku bisa mendengar secara fokus sesuatu yang bahkan hanya sekilas saja sampai di telingaku. Namun, untuk menyimak, sebaiknya memang jangan. Karena dengan menyimak, selain semua ucapan jelek itu terdengar, aku juga akan menyerap lebih dalam dan menambah beban di otakku. 

Terkadang aku berpikir bahwa belakangan hidupku ini memang lucu. Ternyata, manusia problematik dengan beban yang menumpuk seperti diriku saja masih bisa mengundang iri hati dan kebencian dari orang lain. Aku tak tahu sebelumnya, bahwa ternyata, sesempurna itu hidupku di mata orang lain. Sampai mereka berpikir bahwa aku terlalu bahagia hingga membuat orang lain tidak senang dengan kebahagiaanku itu. 

Tapi, kata role modelku itu, aku tidak perlu menyimak perkataan jelek mereka. Ya sudah, aku mulai belajar cuek. Cuek dan tidak usah menyimak kata-kata negatif orang lain tentang aku. 

Oh iya, omong-omong soal kuliah, ceritanya tak kalah problematik. Aku sekarang sudah tidak punya teman dekat lagi. Semua teman dekatku itu sudah punta circlenya masing-masing tanpa aku. Ya, aku paham, mungkin sekarang ini aku sudah bukan orang yang bisa diajak "haha hihi" setiap hari. Bisa nyeblak sepulang kuliah, pergi main jika weekend tiba, bisa menghabiskan waktu liburan bersama, dan melakukan banyak hal lainnya yang biasa dilakukan oleh perempuan seusiaku. 

Sebenarnya, aku tidak masalah tentang hal itu. Meskipun awalnya memang berat, namun aku pikir, aku bisa belajar cuek. Dalam hal ini, role modelku itu bilang, bahwa aku tidak perlu terlalu memikirkan solat teman-temanku itu. Aku cukup fokus pada kuliahku saja. Dan masalah kuliahku juga, aku tidak perlu terlalu  menganggapnya serius, sebab ada hal lain yang harus aku prioritaskan lebih dari apapun. 

Aku pikir, baiklah akan ku turuti. Meski di sisi lain aku juga berpikir bahwa, ternyata dewasa tidak sesederhana itu ya. Aku harus cuek tentang banyak hal yang ada di sekitarku. Aku harus belajar menganggap bahwa semua baik-baik saja. Semua BAIK BAIK SAJA. 

Semula, semua memang baik-baik saja, sama seperti apa yang pernah aku pikirkan sebelumnya. Tapi, bukan hidup namanya kalau tidak ada masalah. Sekarang, aku akan mulai bercerita tentang inti permasalahannya.

Ternyata, cuek dengan perkataan orang lain, cuek dengan keadaan yang kurang baik, adalah bab yang memang sudah khatam dikuasai oleh role modelku, tapi, tidak dengan aku. Aku masih berusaha untuk kuat, tidak banyak mengeluh, cuek dengan perkataan buruk orang lain. Dan untuk mengkhatamkan bab ini, ternyata memang tidak semudah dugaanku. Aku terlalu payah untuk semua ini. Aku lemah, dan sejak kemarin, aku mulai merasakan puncak rasa lelah dari semua perjalanan ini. Aku merasa ada hal menyakitkan yang telah merusak rasa percaya diriku. 

Aku memang terlalu excited untuk beberapa hal tertentu, tapi rasa excited itu justru malah dibalas oleh sesuatu yang sama sekali tidak aku duga. 

Sampai detik ini, rasa sakit itu masih ada. Belum mereda. Entah sampai kapan. Tapi jujur, belakangan aku merasa ingin pergi. Aku lelah. Aku lelah ada dalam peran ini. Aku lelah untuk semua yang harus aku selesaikan. Dan aku belum tahu, bagaimana caranya untuk pulih. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nadi yang Disangka Alibi

Tuan Muda Dari Negeri Renta

Selamat 31 Tahun A IQBAL