Yang Tumbuh, dan Sedikit Rubuh

 Aku mengelu. Ditengah rasa yang ribuan kali mendera. Dibawah nabastala yang kelam merutuki keadaan semesta. Dalam naung hangat yang perlahan membeku. Diteduhi pohon yang menua dengan dedaun rindang yang hampir layu.

Aku beku. Dalam ruang yang tak dapat ku gambarkan. Diterkam harap yang menyelinap, meraup cinta dan membunuh rasa percaya. 

Lenteraku hampir padam. Dan dunia masih hanya diam dan menyaksikan. Bukan sebab ia enggan memberi bantuan. Namun ia hanya ingin melihat kami pulang dengan penuh kesungguhan. 

Aku tumbuh, menyambut kuasa yang tak dapat ku lukis lewat kata-kata. Menebas sisa hari yang menanti untuk ku bunuh satu persatu. Ku singkirkan. Ku habiskan. Ku lenyapkan.

Aku berdiri, dengan batang kecil yang hampir saja kokoh. Dedaun tipis yang perlahan merindang. Serta bunga-bunga lesu yang perlahan mekar.  

Dunia mengizinkanku bahagia. Tersisa 28 untuk menuju 29. Hampir saja, aku benar-benar tumbuh.

Namun sisi lainku rubuh.Ditikam seorang putri yang menjadi harapan seluruh penghuni kerajaan. Dimatikan oleh rasa percaya yang terlampau tinggi. Dan dari rubuh itu, aku terjatuh. Tergeletak, tanpa mampu mendirikan kembali kaki yang menopang tubuh ini. 

Tak cukup sampai di sana. Tikaman itu tiba di sisi lain rapuhku. Ia menghancurkan satu sisi duniaku, meski tanpa menghancurkan kisah bahagiaku, yang tengah tumbuh. 

Aku tumbuh dalam rapuh. Menghadapi kenyataan bahwa bagian dari hidupku kini tengah mengkhianatiku. Menelan kepahitan yang tak sanggup ku muntahkan. Menyaksikan sedikit rubuh yang bersanding dengan kisah bahagiaku yang hampir tumbuh.


Negeri Intan,

28 untuk 29 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nadi yang Disangka Alibi

Tuan Muda Dari Negeri Renta

Selamat 31 Tahun A IQBAL