Yang Mulia, dan Raja Baruku Nanti
Yang Mulia, seorang raja tanpa mahkota. Berperang tanpa pedang. Menaklukkan negeri yang hampir mati dengan bijaknya untaian kata.
Yang Mulia, adalah Raja yang menjadi separuh dari kisah hidupku. Yang dalam diriku, mengalir darah ksatria tangguh, lembut, penuh kata damai miliknya. Dari Yang Mulia, aku tahu arti cinta. Dan darinya pula, aku dibangun untuk menjadi sosok putri kecil yang menghargai cinta, kasih sayang dan kesetiaan.
Yang Mulia, tempatku menaruh hormat. Kepadanya aku tunduk dan patuh, melebihi siapapun. Dari didikannya, tercipta kerangka kuat yang menopang tubuh yang rapuh ini. Yang bahkan hingga detik ini, tubuh ini masih sering bersandar pada pundak kokohnya yang hangat.
Yang Mulia tak membentakku ketika aku salah. Dia tak memarahiku ketika aku terjatuh. Dia tidak menganggapku lemah ketika aku menangis.
Yang Mulia mengajarkanku, bahwa manusia adalah tempat salah dan lupa. Dan dengan kodratnya itu, manusia seringkali terjatuh. Yang Mulia yang mengajariku bahwa menangis adalah hak setiap manusia. Dia mengatakan kepadaku;
"Ada manusia yang menangis di hadapan orang tuanya, ada manusia yang menangis di hadapan pasangannya, ada manusia yang menangis di hadapan saudaranya, ada manusia yang menangis di hadapan temannya, ada manusia yang menangis ketika di jalan, ada manusia yang menangis dalam kesendirian, dan ada manusia yang menangis di hadapan Tuhan. Menangis bukanlah hak anak kecil, melainkan hak siapapun yang tengah memerlukannya. Sekuat apapun manusia, setegar apapun manusia, akan ada masanya ia terjatuh dan terluka. Tak ada manusia yang benar-benar kuat, dari segi apapun."
Yang Mulia, menjadikanku Tuan Putri di kerajaan kecilnya. Dari aliran darahnya, manusia lain memiliki alasan untuk menaruh hormat kepadaku. Dari garis keturunannya, aku hidup sebagai manusia yang disegani dan diistimewakan. Bahkan aku tak pernah tahu, bahwa menjadi seorang Tuan Putri dari Raja sebaik Yang Mulia akan menjadikan hidupku seberharga ini.
Yang Mulia, menjadikanku berharga dengan caranya. Dan kelak, ia akan menjatuhkan namaku pada tangan lain yang kemudian akan memegang tanggungjawab atasku, melewati dunia yang fana, menuju akhirat yang kekal.
Yang Mulia berjanji, tak akan ia memberikan Putri kecilnya kepada tangan yang tak bisa menjaganya. Jika ada seorang ksatria yang ia percaya untuk memegang hidup dan mati Putri kecilnya, maka ksatria itu adalah lelaki terpilih yang telah Yang Mulia diskusikan dengan Tuhannya. Ksatria itu adalah manusia yang dipercaya oleh Yang Mulia untuk bisa menjadikan Putri kecilnya sebagai Ratu yang akan disayangi di sisa usianya.
Yang Mulia, tempat di mana aku begitu yakin, bahwa keterjadian hidupku begitu berharga. Dan setiap hela napasku terjadi tanpa pernah sia-sia. Yang Mulia, yang menjadikanku paham tentang dunia. Dan kelak, ia akan menitipkanku kepada ksatria yang akan memperkenalkanku lebih jauh kepada dunia.
Yang Mulia, aku beruntung memilikimu. Kini aku berbakti kepadamu. Dan seperti apa yang selalu kau titipkan kepadaku, jika kelak Tuhan menakdirkanku untuk hidup di kerajaan lain, maka Raja yang memimpin di sana adalah orang yang akan ku hormati, ku jaga, ku bahagiakan dengan sepenuh hati. Raja itu adalah orang yang namanya tak akan pernah terlepas dari setiap hela do`aku. Raja itu adalah tempat pulangku.
Yang Mulia, aku akan mengingat setiap petuahmu. Akan ku jaga orang yang kelak akan menjadi Rajaku. Akan ku sertakan namanya di setiap detik kehidupanku. Akan ku hormati dia sebagaimana aku menghormatimu.
Terimakasih Tuhan, atas kesempatan terindah untuk menjadi Tuan Putri bagi seorang Raja setangguh Yang Mulia. Terimakasih Tuhan, telah menjadikanku merasa bahagia, di sisa usia yang tak pernah bisa ku terka.
Putri Tanpa Tiara,
Kota Intan, 03 05 1444
27 Nov. 2022
Komentar
Posting Komentar