Kepada Tuan, Dari Admiral Kecil.
Kepada Tuan, yang meski aku tak tahu dia akan paham atau tidak, aku tetap ingin mengungkapkannya. Alineaku mengetuk pintumu, hendak mengutarakan sepatah dua maksud yang tak pandai ku lontarkan dengan lisan.
Kepada Tuan, tempat dimana keyakinanku Tuhan takdirkan untuk berlabuh di tepian dermagamu. Aku hanya ingin meminta izin untuk menetap selamanya di atas ranahmu yang damai. Sebab semilir anginmu telah merangkul dan menahanku untuk tidak kembali pergi. Dan hari ini ku sadari, bahwa selamanya aku ingin tinggal, menjelajahi setiap inci kisah yang kau gambarkan lewat pahatan alam di atas tanahmu yang tentram.
Tuan, kapalku tak mudah menepi. sehebat apapun ombak yang berusaha menelannya, ia terus melebarkan layar. Pantang berhenti. Kapalku, tak seperti kapal lain yang sebelumnya pernah kau temui. Ia bukan kapal yang rapuh dengan lambaian para penghuni dermaga asing yang sekedar memintanya singgah. Dan entah kenapa, detik ini ia terpaku, mengelu di tepian garis pantaimu.
Tuan, terimalah kapalku, bersama aku, admiral kecil yang tengah berusaha memahami arus angin laut sore ini. Dermagamu adalah ranah ternyaman yang pernah ku temui. Dan aku benar-benar tak bersedia untuk pergi berlayar lagi.
Tuan, sedikit saja terpa anginmu merangkul indraku, aku tak sanggup untuk menahan lengkung rindu. Sebab pahatan semesta pada kitabnya telah menjadikanmu sebagai takdir yang tak akan pernah bisa ku lewati. Karenanya, terimalah genggam tanganku, sang Admiral kecil yang akan mengajakmu membangun istana dalam teduh duniamu.
Kota Intan, 13 Nov. 2022
Nazwa
Komentar
Posting Komentar