LTSI Arca8
Jika sampai usiaku Wahai Allah,
Akan ada masanya aku Kau pertemukan dengan asal rusukku. Orang yang akan menuntunku menjadi wanita yang lebih baik.
Akan ada masanya, Ayah melepasku dan menjatuhkan tanggungjawab atasku kepada orang lain. Akan ada hari-hari yang kami habiskan dan kami hadapi bersama. Dan aku akan hidup dengan keluarga baruku. Keluarga kecilku yang damai dengan alunan kalam para penghapal Al-Qur'an. Keluarga, yang baik dan buruknya akan kami jaga bersama, kami simpan rapi untuk perjalanan kami sampai ke surga.
Ku harap, imamku adalah jalan surgaku, jalan ketaatanku, jalan cintaku, dunia dan akhirat. Tempat dimana segala rasa sakitku mati. Orang yang akan menyayangiku karena Allah. Tempatku menaruh setia, tempatku taat dan patuh pada setiap bimbingan ketaatannya. Lillahi ta'ala.
—Adzalia Rumaisha—
•••
Aku berjalan beriringan dengan Fakhran dan Reva. Hari ini, Fakhran akan menraktirku dan Reva karena ia telah resmi berpacaran dengan Ranti. Setelah sekian lama, gadis cuek itu akhirnya luluh dengan ketulusan Fakhran.
Kami berjalan menuju caffe di seberang kampus. Hari ini, aku masih menerima banyak tatapan sinis. Bahkan beberapa ucapan tak sedap terlontar ke arahku. Reva dan Fakhran yang menyadari hal tersebut terus berusaha menguatkanku.
Kami duduk kemudian memesan desert dan minuman. Hari ini moodku lebih baik. Mungkin karena aku dikelilingi oleh orang-orang yang bahagia. Kebahagiaan itu secara tidak langsung mengirimkan energi positif pada diriku.
"Eh Za, lo sadar nggak si, ada hal aneh yang terjadi sama semua orang yang ngehujat lo? " Tanya Reva tiba-tiba membuatku menghentikan aktifitasku dengan makanan di hadapanku.
"Maksudnya aneh gimana Re? " Tanya Fakhran penasaran.
"Kalian tau kan waktu Pak Ammar di gosipin sama Kak Renata beberapa waktu lalu? Perasaan nggak ada yang ngehujat kak Renata, semua orang juga keliatannya biasa aja. Ya meskipun kita sama-sama tau, kalo yang sakit hati si pasti ada, soalnya kan fans Pak Ammar emang banyak di kampus. " Ucap Reva mengutarakan hal yang mengganjal di hatinya.
"Ya beda lah Re, antara aku sama kak Renata. Dia jelas jauh berwibawa dibanding aku. Nggak ada yang berani sama dia. " Ucapku, meski sebenarnya aku berani pada Renata.
"Ah kata siapa nggak ada yang berani? Gue berani kok" Ucap Fakhran dengan nada meremehkan. "Lagian apa istimewanya si kak Renata? Cantikan lo kemana-mana kali Za." Lanjut Fakhran.
"Tapi Za, gue yakin dibalik semua ini, pasti ada orang yang sengaja ngelebih-lebihin berita soal lo sama Pak Ammar. " Ucap Reva penuh rasa curiga.
"Enggak ah Re, jangan suudzon. Lagian mungkin mereka kek gitu karena emang taunya aku dilamar. Kalo kak Renata kan sekedar deket doang. Lagian aku juga maklum sih, Pak Ammar itu udah jadi public figure di kampus ini. Ini resiko yang harus aku tanggung. " Ucapku jujur.
"Tapi si Reva ada benernya juga loh Za. Nggak mungkin si sampe seisi kampus sinis sama lo kalo nggak ada provokator. " Timpal Fakhran.
"Jangan-jangan ini ulah kak Renata lagi. Dia sengaja bikin topik nggk jelas tentang lo dan nyebarin semua biar lo di benci sama semua orang. " Ucapan Reva kembali memanas.
Aku terdiam. Memang bisa jadi seperti itu. Lagipula, setelah kejadian Renata melabrakku waktu itu, ia tampak seperti orang yang merasa paling tersiksa dengan lamaran Pak Ammar terhadapku.
Di sisi lain aku merasa belum memiliki bukti yang cukup kuat bahwa Renata adalah dalang dari semua kebencian yang tertuju padaku. Aku tak bisa asal men-jugde seseorang tanpa alasan yang kuat dan bukti yang jelas.
"Ya udah lah. Nggak usah dipikirin. Nanti aku pasti nyoba buat nyari solusinya kok. " Ucapku.
"Iya sih, mending sekarang kita lupain dulu masalah ini. Nanti kita cari solusinya bareng-bareng ya. " Ucap Fakhran menyetujuiku.
"Ya udah kita bahas soal yang lain aja. " Ucap Reva. "Oh iya, katanya sepulu cowok lo lagi liburan disini ya Ran? " Tanya Reva tiba-tiba membuatku tersedak.
Fakhran terlihat aneh melihatku dan Reva. Ia kemudian mengangguk sebagai jawaban "ya".
"Kok lo bisa tau kalo sepupu gue lagi disini? " Tanya Fakhran sambil melihat ke arah Reva.
"Adza cerita. " Jawab Reva polos.
"Oh, pantesan lo tau. " Ucap Fakhran.
"Eh btw, dia udah punya pasangan belum? " Tanya Reva dengan tatapan menggodaku. Dia memang sengaja membuatku salah tingkah, namun beruntung Fakhran tidak menyadari hal tersebut.
"Ehm.. Kalo soal itu si, gue kurang tau ya. Cuman setau gue, dia orangnya kek yang nggak minat sama cewek gitu. Padahal banyak cewek yang mau sama dia. " Jawab Fakhran. "Eh btw, lo to the point banget Re, nanyain soal dia. Jangan-jangan lo suka ya? " Tanya Fakhran menggoda Reva.
"Ih apaan sih. Ya enggak lah. Gue cuman nanya doang kok. Lagian gue kan udah punya Fadly, ngapain lirik yang lain. " Jawab Reva agak ketus.
Aku tersenyum melihatnya. Sedikitnya aku memiliki gambaran tentang pertanyaanku meskipun ini belum pasti.
"Eh atau jangan-jangan, Adza lagi yang suka sama Devan. " Ucap Fakhran dengan senyuman khasnya yang membuatku salah tingkah.
Reva terlihat menahan tawa melihat pipiku yang memerah karena malu.
"Eh iya ya? " Tanya Fakhran yang juga menyadari sikapku.
"Apaan si, enggak kok. " Ucapku menahan senyuman.
"Tapi menurut gue kalian cocok kok. Adza yang Ukhti-ukhti sama si Devan yang berandalan. Nanti kisah kalian jadinya kek yang di novel-novel gitu. " Ucap Fakhran membuatku semakin menahan malu.
Reva menertawakanku. Ia kemudian menyeruput minuman yang di pesannya. "Tapi Ran, emang sepulu lo itu berandalan? " Tanya Reva penasaran
"Ehm.. Gimana ya? " Fakhran terlihat seperti orang tengah berpikir. "Sebenarnya dia baik. Sholeh malah. Dulu gue suka dibanding-bandingin sama dia waktu dia masih MTs. Soalnya dia baik banget, nurut sama orangtua, rajin ke pengajian, berprestasi terus lagi. " Ekspresi Fakhran tiba-tiba berubah. " Tapi semenjak kelas 12, dia jadi bandel. Keluarga kita si curiganya dia kebawa pergaulan. Malahan terakhir sebelum dia lulus dia pernah hampir ketangkep gara-gara balapan liar. Semua orang nggak ada yang nyangka kalo Devan bisa berubah sejauh itu.
"Cuman ya, se-garong apapun kelakuan si Devan, yang gue tau, dia nggak pernah main cewek. Nyentuh cewek aja kek yang ogah. Nggak tau kenapa." Fakhran menghela napas. "Tapi sekarang si setau gue dia mulai masuk dunia pesantren. Kuliahnya deket pesantren katanya, dia jadi sering ikut ngaji disana. Bahkan kadang kalo liburan dia nggak pulang kesini. Dia milih buat ngaji di pesantrennya itu. Gue si kagum sama dia, soalnya dia ada kemauan buat berubah. " Cerita Fakhran.
Aku dan Reva yang sedari tadi menyimak jadi lebih tahu tentang Devan. Aku bersyukur karena tahu bahwa Devan saat ini sedang menempuh perjalanan untuk berubah. Meskipun dulu ia pernah terjebak di dunia yang kurang baik.
•••
Komentar
Posting Komentar